Pernyataan kontroversial datang dari Presiden AS Donald Trump yang, bersama dengan tim penasihat utamanya, menyampaikan pandangan bahwa rekonstruksi Jalur Gaza pascakonflik seharusnya tidak bisa diselesaikan dalam kurun waktu 3 hingga 5 tahun. Menurut mereka, perjanjian gencatan senjata yang sementara hanya memberi waktu yang terbatas untuk membangun kembali kawasan yang hancur akibat perang.
Namun, rencana tersebut tidak diterima dengan baik oleh sejumlah negara Arab. Mesir, Yordania, dan sejumlah negara tetangga Palestina menyatakan penolakan terhadap ide Trump yang menyarankan untuk merelokasi sekitar 2,3 juta warga Gaza sementara proses rekonstruksi berlangsung. Meski begitu, sejumlah pejabat senior pemerintahan Trump tetap mengungkapkan pentingnya melakukan relokasi warga Palestina, dengan alasan kemanusiaan dan keselamatan.
Dalam sebuah wawancara dengan wartawan, Steve Witkoff, Utusan Khusus Trump untuk Timur Tengah, menjelaskan bahwa menjanjikan kembali kepada warga Gaza dalam waktu lima tahun merupakan sebuah ketidakadilan. “Bagi saya, tidak adil untuk menjelaskan kepada warga Palestina bahwa mereka mungkin akan kembali dalam lima tahun. Itu tidak masuk akal,” ucapnya dengan tegas.
Langkah Kejutan Trump: Amerika Serikat Ambil Alih Gaza
Rencana kontroversial Trump semakin mengejutkan setelah ia mengungkapkan gagasan baru mengenai Jalur Gaza dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Gedung Putih. Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat akan mengambil kendali penuh atas Gaza dan bertanggung jawab terhadap perkembangan kawasan tersebut.
“AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan terhadapnya. Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk menjinakkan semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut,” ungkap Trump dengan nada penuh keyakinan.
Selain itu, Trump memandang kepemilikan jangka panjang atas wilayah tersebut sebagai salah satu kunci untuk membawa kestabilan yang lebih besar di kawasan Timur Tengah. “Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang dan saya melihat hal itu membawa stabilitas besar di kawasan Timur Tengah,” ujar Trump. Menurutnya, gagasan ini telah dibahas dengan beberapa pemimpin regional yang memberikan dukungan atas rencana tersebut.
Pernyataan ini membawa dampak besar bagi hubungan internasional, terutama di dunia Arab. Apakah Amerika Serikat benar-benar akan mengambil alih Gaza, dan bagaimana hal ini akan memengaruhi dinamika politik serta kemanusiaan di kawasan tersebut? Waktu yang akan memberikan jawabannya.