Harga Minyakita di sejumlah pasar tradisional di Kota Bandung mulai mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, harga jualnya kini melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.
Selain mengalami lonjakan harga, pasokan Minyakita yang seharusnya didistribusikan secara rutin oleh Kementerian Perdagangan ke para pedagang kini semakin terbatas. Tidak hanya itu, kualitas produk tersebut juga dikabarkan mengalami penurunan.
Harga Naik, Pasokan Berkurang
Pedagang di Pasar Kosambi Bandung, Entis (47), mengungkapkan bahwa harga Minyakita saat ini mengalami kenaikan dari Rp198 ribu menjadi Rp204 ribu per dus. Sementara itu, harga per liter naik menjadi Rp18 ribu dari sebelumnya Rp17 ribu.
“Kalau HET Rp15.500 per liter. Kenaikan sejak lima hari ke belakang karena agak susah mungkin barangnya,” ujar Entis di Pasar Kosambi, Jumat (21/2/2025).
Tidak hanya berdampak pada harga, pasokan Minyakita yang diterima Entis dari distributor juga mengalami pengurangan yang cukup drastis. Biasanya, ia menerima 15 hingga 20 dus dalam sekali pengiriman, namun saat ini hanya mendapatkan setengah dari jumlah tersebut.
“Jadi untuk saat ini stok agak susah. Distributor juga paling ngirimnya 5 sampai 10 dus, padahal biasanya 15 sampai 20 dus,” ungkapnya.
Kualitas Menurun, Minat Pembeli Berkurang
Selain masalah harga dan pasokan, kualitas Minyakita juga menjadi perhatian. Entis mengeluhkan bahwa mutu produk tersebut cenderung menurun. Ia sering kali menerima Minyakita dengan kondisi yang agak keruh, meskipun ada beberapa yang tetap bening.
“Kualitasnya minyak itu ada yang agak keruh, ada juga yang bening. Mungkin faktor cuaca ya, musim hujan jadi agak membeku,” kata Entis.
Akibat penurunan kualitas ini, banyak konsumen yang enggan membeli Minyakita. Entis pun mengaku kesulitan menjual stok yang terlihat keruh tersebut.
“Minyakita yang agak keruh kadang pada enggak mau beli. Jadi pembeli agak ngurangin dikit,” tambahnya.
Stok Kosong di Perum Bulog Kota Bandung
Di sisi lain, Wakil Pemimpin Cabang Perum Bulog Kota Bandung, Ratih Rachmawati, menyatakan bahwa stok Minyakita saat ini masih kosong karena belum menerima pasokan dari kantor pusat.
“Betul, memang kalau secara pemesanan kita masih ada beberapa keterlambatan saat pengiriman saja. Kalau untuk pemesanan kita sudah melakukan ke supplier cuma pengiriman bertahap ke beberapa lokasi,” kata Ratih.
Rencananya, Perum Bulog akan mendapatkan pasokan Minyakita pada akhir Februari 2025 atau paling lambat awal Maret 2025. Pasokan tersebut dipersiapkan untuk menghadapi kebutuhan masyarakat menjelang bulan suci Ramadhan.
“Ketersediaan saat ini, kami masih menggunakan minyak goreng premium di harga Rp 17.500. Itu masih di bawah harga rata-rata di ritel modern yang sudah mencapai Rp 18 ribu sampai 19 ribu per liter,” tutupnya.
Dampak pada Konsumen dan Pedagang
Lonjakan harga dan penurunan kualitas Minyakita ini jelas mempengaruhi daya beli masyarakat. Pedagang pun merasakan dampak langsung dengan menurunnya jumlah pembeli. Situasi ini diharapkan dapat segera teratasi dengan adanya pasokan baru yang direncanakan datang dalam waktu dekat.
Para konsumen diharapkan untuk lebih selektif dalam memilih minyak goreng dan memperhatikan kualitas sebelum membeli. Sementara itu, pemerintah diharapkan dapat segera menstabilkan harga dan distribusi Minyakita agar tetap sesuai dengan HET yang telah ditetapkan.