India merespons serangan mematikan terhadap warga sipil di wilayah Kashmir dengan langkah-langkah diplomatik yang keras terhadap Pakistan. Serangan yang menewaskan 26 orang pada 22 April 2025 tersebut semakin memperburuk hubungan kedua negara, yang sudah lama terjerat ketegangan, terutama seputar isu Kashmir.
Sebagai bagian dari reaksi diplomatiknya, India mengurangi jumlah staf diplomatik yang bertugas di Islamabad dan menarik sejumlah staf dari ibukota Pakistan tersebut. Langkah ini juga mencakup penutupan jalur perbatasan darat utama yang menghubungkan kedua negara. Sebuah tindakan simbolis yang memutuskan akses langsung antar dua negara yang berseteru, serta penghentian sementara perjanjian air yang sudah ada sejak 1960.
Vikram Misri, Menteri Luar Negeri India, menjelaskan dalam konferensi pers bahwa India menginstruksikan agar atase pertahanan dan pejabat militer Pakistan yang berada di New Delhi segera meninggalkan India dalam waktu seminggu. Selain itu, India juga akan menarik penasihat pertahanan, angkatan laut, dan angkatan udara mereka dari Pakistan.
Pekan ini, India juga mengeluarkan perintah agar warga Pakistan yang berada di India segera pulang ke negara asalnya. Langkah ini turut mencakup larangan bagi warga Pakistan untuk memasuki India menggunakan visa khusus. India, dalam pernyataannya, juga mengumumkan penutupan jalur penyeberangan di perbatasan Attari-Wagah, yang terkenal dengan ritual perbatasan harian yang penuh semangat. Meskipun begitu, mereka yang memiliki dokumen perjalanan sah dapat melintas sebelum 1 Mei 2025.
Perbatasan Attari-Wagah telah lama menjadi simbol dari hubungan kedua negara yang penuh ketegangan. Sejak pertama kali dimulai pada tahun 1959, ritual ini tetap berlangsung, bahkan selama banyak konflik diplomatik dan militer antara India dan Pakistan. Namun, dengan keputusan terbaru India, ritual yang biasa menjadi ajang semangat tersebut kini harus dihentikan.
Tak hanya itu, India juga mengumumkan bahwa Perjanjian Perairan Indus 1960, yang mengatur pembagian sumber daya air antara kedua negara, akan ditangguhkan sampai Pakistan secara tegas menghentikan dukungannya terhadap terorisme lintas batas. Perjanjian ini, yang memisahkan hak pengelolaan sungai Indus antara India dan Pakistan, telah lama menjadi sumber ketegangan, dengan Pakistan mengkhawatirkan kemungkinan India mengurangi akses ke air dari sungai tersebut.
Sungai Indus, yang mengalir melalui wilayah yang sarat dengan ketegangan antara India dan Pakistan, menjadi lebih dari sekadar sumber daya alam. Ia menjadi simbol dari perebutan yang lebih besar—yakni masalah Kashmir yang telah berlangsung lama. Di sinilah perjuangan untuk kemerdekaan atau penggabungan wilayah dengan Pakistan menjadi latar belakang dari serangan-serangan teror yang terus terjadi.
Walaupun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan pada 22 April 2025, serangan itu memunculkan kembali pertanyaan mengenai masa depan Kashmir yang semakin gelap, di mana kedua negara saling klaim atas wilayah tersebut.
Tindakan India untuk menangguhkan perjanjian air dan melakukan penutupan perbatasan ini adalah langkah yang menambah ketegangan dan membuka babak baru dalam konflik yang sudah berlangsung lama. India menegaskan bahwa keputusan ini adalah respons terhadap situasi yang semakin kritis di Kashmir dan ancaman terorisme yang datang dari wilayah tersebut.