AS Gagal Amankan Sumber Mineral Langka dari Ukraina, Zelensky Bersikeras Menolak

Yono

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak untuk menandatangani kesepakatan yang akan memberikan Amerika Serikat (AS) hak akses terhadap cadangan mineral langka yang dimiliki negaranya.

Laporan mengenai penolakan ini pertama kali diungkap oleh jurnalis Washington Post, Josh Rogin, serta kantor berita Reuters. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan keinginannya agar Kiev menggunakan kekayaan sumber daya alamnya sebagai bentuk kompensasi atas bantuan yang telah diberikan Washington kepada Ukraina.

Menurut data yang dipublikasikan dalam Forum Ekonomi Dunia 2024, Ukraina memiliki potensi besar sebagai salah satu pemasok utama bahan baku strategis secara global. Sumber daya ini dianggap krusial bagi berbagai sektor industri, mulai dari pertahanan, teknologi tinggi, hingga energi ramah lingkungan.

Negara Eropa Timur tersebut memiliki cadangan titanium dan litium dalam jumlah terbesar di kawasan, meskipun kedua unsur tersebut tidak dikategorikan sebagai mineral tanah jarang. Selain itu, Ukraina juga kaya akan berbagai mineral berharga lainnya, termasuk berilium, mangan, galium, uranium, zirkonium, grafit, apatit, fluorit, dan nikel.

Dalam sebuah unggahan di platform X pada hari Jumat, Josh Rogin menulis, “Beberapa anggota parlemen di Munich memberi tahu saya bahwa delegasi Kongres AS memberikan Zelensky selembar kertas yang mereka ingin dia tandatangani yang akan memberikan hak AS atas 50% cadangan mineral Ukraina di masa depan. Zelensky dengan sopan menolak untuk menandatanganinya.”

Sumber anonim dari delegasi Ukraina yang menghadiri Konferensi Keamanan Munich juga mengonfirmasi hal serupa kepada Reuters. Disebutkan bahwa pertemuan antara Zelensky dan sekelompok anggota parlemen AS dari berbagai partai berlangsung selama sekitar 90 menit.

Menurut laporan Reuters, Zelensky merasa diminta untuk membuat keputusan yang tergesa-gesa dengan menandatangani dokumen yang belum sempat ia telaah secara mendalam. Dua sumber lainnya bahkan menggambarkan proposal tersebut sebagai “sepihak” dan masih membutuhkan perincian lebih lanjut sebelum ada keputusan final dari Kiev.

Pada hari Rabu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent berkunjung ke ibu kota Ukraina dan menyerahkan rancangan dokumen perjanjian tersebut kepada Zelensky untuk dipelajari lebih lanjut.

Dalam wawancara dengan Reuters pekan lalu, Zelensky menegaskan bahwa dirinya lebih menginginkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan AS, bukan sekadar menyerahkan sumber daya alam negaranya begitu saja tanpa adanya keseimbangan dalam kesepakatan.

Namun, ia juga mengakui bahwa sebagian besar wilayah yang kaya akan mineral tersebut saat ini berada di bawah kendali Rusia. Forbes memperkirakan bahwa sekitar USD7 triliun dari total kekayaan mineral Ukraina kini berada di wilayah yang diklaim sebagai bagian dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, yang resmi bergabung dengan Rusia pada tahun 2022.

Di sisi lain, dalam wawancara dengan Fox News awal pekan ini, Donald Trump menekankan bahwa Ukraina memiliki “tanah yang sangat berharga dalam hal tanah langka (dan) dalam hal minyak dan gas.” Ia juga mengklaim bahwa dirinya telah mengajukan permintaan kepada pemimpin Ukraina terkait mineral langka senilai USD500 miliar, yang menurutnya telah mendapat persetujuan secara prinsip dari Kiev.

Also Read

Tags