Gencatan Senjata di Gaza, Tapi Israel Gempur Tepi Barat Tanpa Ampun

Yono

Tindakan militer Israel yang semakin intensif di Tepi Barat, meskipun adanya gencatan senjata di Gaza, kembali menuai kecaman keras dari Pemerintah Palestina. Kantor Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menggambarkan serangan ini sebagai bagian dari agenda “pembersihan etnis” yang berbahaya dan merusak.

Juru bicara kantor Presiden Abbas, Nabil Abu Rudeineh, dengan tegas mengutuk perluasan operasi militer yang semakin membabi buta, terutama dalam upaya menggusur warga Palestina dari tanah mereka di wilayah yang terjajah. “Mengecam perluasan perang komprehensif otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis,” ucapnya dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan kepada kantor berita Palestina, WAFA.

Operasi militer Israel yang dimulai sejak 21 Januari lalu, diklaim bertujuan untuk memberantas kelompok bersenjata Palestina di Jenin—sebuah wilayah yang dianggap sebagai sarang militan. Namun, kenyataannya, operasi ini telah menelan banyak korban jiwa, dengan laporan terbaru menyebutkan lebih dari 50 orang tewas pada 2 Februari lalu. Hal ini mengundang kekhawatiran dunia internasional akan eskalasi kekerasan yang tak terkendali.

Salah satu kisah yang menggambarkan betapa parahnya situasi di lapangan adalah perjuangan seorang pria, Tamer Abu Zaho, yang berusaha mengantarkan bahan makanan, obat-obatan, dan popok untuk ibunya yang terjebak di dalam rumah sakit di Jenin. Meski berusaha sekuat tenaga menembus pengepungan militer, ia menjadi saksi bisu dari kekejaman yang terjadi di sekitar wilayah tersebut.

Rudeineh, yang juga menanggapi krisis ini, mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk segera turun tangan sebelum kerusakan semakin parah. Ia menekankan bahwa masyarakat internasional, khususnya negara-negara besar seperti AS, memiliki tanggung jawab moral untuk menghentikan serangan tanpa ampun yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina. “Kami menuntut intervensi pemerintah AS sebelum terlambat, untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat dan tanah kami,” tegasnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, saat ini tengah berada di Amerika Serikat untuk membicarakan kelanjutan gencatan senjata di Gaza, termasuk pembebasan sandera dan upaya untuk menghentikan konflik yang semakin memanas. Namun, dengan semakin intensnya serangan di Tepi Barat, pertanyaan besar muncul mengenai bagaimana Israel akan menanggapi tekanan internasional terhadap kebijakan-kebijakannya, baik di Gaza maupun di wilayah Palestina lainnya.

Seiring dengan kekacauan yang terjadi di Tepi Barat, dunia menyaksikan ketegangan yang tak kunjung reda, dan harapan akan perdamaian semakin tipis di tengah badai konflik yang tak berkesudahan.

Also Read

Tags